Bukan di Lapas, bukan di Gereja. Tapi dong su datang ko mau tanggap baptua. Tiap hari dong bakatumu balia muka satu dengan lain ma dong sonde tangkap. Sekarang dong su dapa alasan untuk tangkap. Dong su dapat alasan. Kejahatan itu pung butuh alasan: entah balas dendam (seperti di Cebongan), entah alasan legalitas (seperti di Bekasi), yang jelas harus ada alasan. Tukang suanggi sa butuh alasan untuk suanggi.
Di pihak yang diserang ada yang marah, ada yang ingin balas. Seperti salah satu murid, ada yang cabut pedang dan potong bikin putus telinga pesuruh (yang kerjanya kena suru-suru, ikut arus). Tapi baptua bilang "sarungkan pedang itu". Talinga yang putus disambung kembali. Cuma yang datang serang sonde lihat semua keajaiban itu. Dong pung mata su tatutup. Entah tatutup dengan spanduk, syal, sorban, ataupun dengan topeng. Mungkin juga tertutup oleh kebencian dan ketakutan.
Lalu majulah om Yudas. Beliau datang dengan ciuman. Manis sekali. Jangan mencibir, karena banyak juga yang mencium seperti Yudas. Di muka mulut dan sikap manis, tapi di belakang jual dan tikam. Jangan kasi salah Yudas, karena kotong ju seringkali begitu. Kalau buka daftar nama yang datang tanggap bisa saja ketemu MATHEOS, MARKUS, LUKAS dan YOHANES. Kotong samua bisa jadi Yudas kapan saja dan di mana saja. Kotong semua bisa saja melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan Yudas: jual baptua karena satu dan lain hal.
Jadi lebih baik kotong berdoa minta ampun sa. Hayati ini Jumat Agung dengan sedalam-dalamnya. Ingatlah sengsaranya di Getsemani. "Sio Bapa-sio Bapa, cawan ini lepas saja, tapi biar kehendakMu jadilah". Dalam banyak hal dalam perjalanan hidup kita, kita harus juga berkata "biar kehendakMu jadilah" bagaimana pun itu sakitnya dan beratnya. Jangan membalas, pedang selalu harus disarungkan, karena tidak ada pedang yang menyelesaikan masalah. Hanya kayu tua pada satu bukit jauh dari sini. Di situlah tergantung Dia yang mengalahkan kelam di atas segala kekelaman. Kelamnya dosa anak manusia. Selamat merayakan Jumat Agung bagi semua saudara-saudara ku di mana saja berada.
Kalau boleh mari kita ingat beberapa hal ketika merayakan Jumat Agung dan Paskah:
1. Jangan suka ikut arus dan euforia dalam segala bentuk. Karena semua orang menyambut Tuhan Yesus ketika dia masuk Yerusalem, sampai-sampai ada yang buka pakaian kasi baptua jalan di atas. Mereka jugalah yang berteriak “salibkan dia! Salibkan dia!” ketika dong pung keinginan sonde tercapai, dan kemauan sonde diikuti. Dong kecewa dengan Yesus yang tidak membawa misi mesianisme politis untuk membebaskan Israel dari penjajahan Romawi. Janganlah sekali-kali jadi seperti itu karena satu saat kita akan menangis dan menyesal telah turut dalam euforia, entah menjual kebenaran, melawan nurani sendiri, atau bahkan menjual Yesus. Yang suka jadi abeát dan tukang suru politik dong pikir bae-bae sudah apa yang sudah dilakukan selama ini. Yang suka masuk kaluar agama, suka ganti-ganti nama, sebentar memuji, sebenatar menghina itu adalah mereka yang suka euforia sesaat. Mereka bukan cari Tuhan tapi cari diri sendiri, sehingga ketika kepuasan diri tidak didapatkan mereka marah dan berbalik haluan.
2. Jangan suka salahkan Yudas saja, karena dalam banyak hal kita juga bertindak seperti Yudas. Kita memuji-muji dengan manis di depan orang, tapi menikam dari belakang. Kita mencium dengan manis tapi menghina dan menghasut di belakang. Tentu kita tidak ingin menyesal dan gantung diri seperti Yudas.
3. Jangan suka main hakim sendiri dan reaktif seperti salah satu murid Tuhan Yesus yang memotong telinga hamba imam besar. Sesama kaki tangan, pesuruh dilarang saling baku hantam. Biasanya yang paling semangat itu barisan pion-pion garis depan dong. Kalau suru bunuh, ini hari ju dong bunuh. Tapi Yesus punya pesan jelas lewat tindakanNya maupun kata-katanya: “sarungkanlah pedang itu!” Pedang tidak akan menyelesaikan masalah, kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan yang lain (sehingga dikenallah istilah lingkaran setan kekerasan, ‘mata ganti mata, gigi ganti gigi). Yesus datang untuk menggenapi hukum perjanjian lama dan membawa perjanjian baru yaitu Kasih dan Pengampunan.
4. Berjagalah dan berdoalah, karena Roh memang penurut tetapi daging lemah. Berdoa selalu, itu yang diinginkan Yesus. Baru beberapa saat tiga murid kesayangan (kalau bahasa sekarang “orang-orang VIP”, atau “ring satu” atau “pembisik”atau “tim sukses”) su mangantok. Baptua bilang “tidak bisakah kamu berjaga sebentar saja denganku?”. Mari kotong berdoa selalu untuk kebaikan negeri, bangsa dan negara kita. Salah satu panggilan orang Kristen adalah mendoakan kota atau tempat di mana mereka berada. Dan dalam setiap doa kita biarlah apa yang digumuli Yesus juga berlaku: tidak ada pergumulan yang ringan, setiap orang punya salib sendiri. Tetapi biarlah kita selalu berkata “biar kehendakMu yang jadi”. Itulah kepasrahkan yang tiada terkira. Mempasrahkan diri di dalam kehendak Tuhan. Selamat Merayakan Jumat Agung dan Paskah!
Leiden, 28 Maret 2013