Tahukah anda bahwa Eduard Douwes Dekker alias Multatuli
pernah menulis tentang Rote dalam novelnya Max Havelaar?
Dalam novel abad 19 yang berpengaruh tentang Hindia Belanda
itu, sebuah bagian yang mencurigakan muncul. Seorang tokoh dalam novel itu,
Batavus Drystubble, seorang broker kopi dari Amsterdam, mendapat sebundel
koleksi aneh manuscript dari seorang bernama Scraftman (lihat Max Havelaar, Bab
IV ). Scraftman menggambarkan dirinya sebagai seorang pujangga dan penulis yang
telah banyak berpikir, bekerja dan melihat.
Walaupun Drystubble yang aslinya seorang bisnisman dan
pedagang kopi tidak tertarik dengan pemberian ini namun ia mau juga menelusuri
halaman-halaman koleksi ini. Seperti disertasi dari sebuah universitas modern,
koleksi itu memuat essay dari berbagai topik: Asal-usul aristokrasi, asal usul
negara Russia, tentang mithologi Icelandia, tentang penemuan baju zirah,
tentang arsitektur orang Moor, tentang wayang China, tentang theori populasi
Malthus dalam hubungannya dengan subsistensi dst. Si Drystubble selalu memberi
komentar atas list ini, antara lain misalnya dia menulis: "sudah kubilang
kan bahwa daftar ini aneh".
Di antara daftar panjang itu ada satu entri yang menarik
perhatian Drystubble: "tentang orang-orang yang tidak makan di pulau Rote
dekat Timor." Bagi mereka yang tahu tentang Rote, judul ini tentu mengacu
kepada kenyataan bahwa orang Rote meminum kebanyakan dari makanan mereka
daripada memakannya. Pagi-pagi anak gembala misalnya, bawa gula aer untuk
sarapan siangnya, minum tuak waktu pagi dan sore, minum susu kerbau atau
kambing, makan lawar dengan minum gula, minum laru obat, atau kebiasan
rebus-rebus ala pesta orang Rote.
Namun Drystubble menerjemahkannya secara berbeda.
Menurutnya, orang-orang Rote adalah orang-orang yang bisa menghindari kemahalan
dan masalah makan. Dengan coretan pensilnya dia menambahkan ke daftar itu:
"Hidup pasti murah di sini."
Antropolog terkenal James J. Fox kemudian mengangkat thema
ini sebagai pembukaan dari bukunya yang terkenal "Harvest of the Palm:
Ecological Change in Eastern Indonesia." (Harvard, 1977). Fox menyebut
bukunya itu sebagai semacam pengganti dari imaginasi Scrafman tentang
manuscript-manuscript itu.
Kalau Scrafman cuma bisa berimajinasi, Fox datang sendiri ke
Rote bersama istrinya dan tinggal di Rote tahun 1965-1966, tepatnya di rumah
Mias Kiuk di Ufa Len, Termanu selama beberapa tahun. Fox diangkat anak oleh
daelangak Stephanus Adulanu, dan Raja Ernst Amalo menyebutnya sebagai anak dari
saudara perempuannya. Jadi Fox menganggap Raja Ernst-- yang kemudian menjadi
Camat Rote Tengah-- sebagai to'o nya. (Fox, 1989).
Stephanus Adulanu, yang biasa dipanggil Meno Tua, karena dia
adalah daelangak dari klan Meno, meninggal 30 Maret 1970, dan Fox kembali ke
Rote pada bulan September 1972. Setelah disetujui oleh 'saudara tua'nya Ayub
Adulanu, atas usulan Fox didirikanlah sebuah tutus untuk mengenang ayah
angkatnya itu. Saat itu ritual pendirian tutus sudah ditinggalkan oleh orang
Rote karena dianggap kafir oleh gereja tetapi Fox berhasil meyakinkan pihak keluarganya
dan pihak keluarga to'o huk-nya Ernst
Amalo untuk mendirikan tutus itu.
Ritual pendirian tutus adalah pendirian monumen yang terbuat
dari kayu dengan landasan batu yang diperuntukkan untuk mengenang tokoh penting
yang telah meninggal. Fox (1971) menjelaskan , bahwa:
"All Rotinese rituals of the life-cycle are explicitly
phrased in a botanie idiom that draws multiple metaphoric analogies between
human life and the growth of specific plants. Thus a single idiom encompasses
both human and agricultural rituals."
Akhirnya setelah meliwati persiapan yang panjang, bahkan
melalui perdebatan dalam sidang gereja, akhirnya tutus itu didirikan dan diberi
nama Dale Sue (Hati Sayang) pada 30 Juni 1973. Pada Hari yang sama, saya
dilahirkan di Metina, Baa, beberapa kilometer dari tempat tutus itu didirikan.
Kita kembali sejenak ke reaksi Fox soal imajinasi Scrafman
bahwa "orang Rote yang meminum makanannya". Bagi Fox, kenyataan bahwa orang-orang di
pulau di sudut bagian timur Indonesia itu kebanyakan meminum makanannya
daripada memakannya adalah fakta sosial yang tidak biasa dan menarik. Tetapi
bahkan jauh lebih menarik lagi bahwa orang Rote -- dan tetangga mereka orang
Sabu, harus memperoleh keunggulan ekonomi mereka dari kondisi subsisten yang
tidak biasa. (Fox, 1977: 3).
Sebagai orang Rote, kita mungkin tidak melihat keunggulan ekonomi (dalam bahasa Fox "economic advantage") yang telah dicapai
orang Rote itu karena kita lahir dan besar di pulau itu, lahir dengan gula aer,
gula nira, makan rumput laut, makan ikan panah langsing di laut, minum laru,
makan pagi kering dan padi basah, piara sapi, kambing dan domba, punya sawah
dan mamar.
Tapi bagi bagi orang yang mempunyai sedikit pengetahuan yang
luas tentang sejarah sosial orang Rote - dan Sabu, akan cukup terpesona
bagaimana orang-orang dari dua pulau kecil dan kering itu bukan hanya survive
tetapi mampu membawa diri mereka sebagai pemain utama sejarah sosial di Timor
dan sekitarnya. Kalau sekarang banyak yang melihat penurunan dalam partisipasi
dan peran orang Rote, itu lain cerita. Tapi kalau mau lihat sejarah secara
utuh, bagi saya sungguh luar biasa peran orang Rote dan ini saya sadar bukan
sekedar romantisme untuk memuji-muji orang Rote!.
Bibliography
Fox, James, Harvest of the Palm: Ecological Change in
Eastern Indonesia." Harvard, 1977.
Fox, James, "The Aroma of the Name, The Celebration of A
Rotinese Ritual of Rock and Tree", dalam Rituals and Socio-Cosmic Order in
Eastern Indonesian Societies; Part I Nusa Tenggara Timur 145 (1989), no: 4,
KITLV Leiden, hal. 520-522.
Fox, James, 'Sister's child as plant: Metaphors in an idiom
of consanguinity', in: R. Needham (ed.), Rethinking kinship and marriage,
pp.219-52. London, 1971: Tavistock.
Multatuli [Eduard Douwes Dekker], Max Havelaar, Rotterdam:
Elsevier, 1881.
Tahukah anda bahwa Eduard Douwes Dekker alias Multatuli pernah menulis tentang Rote dalam novelnya Max Havelaar?
Dalam novel abad 19 yang berpengaruh tentang Hindia Belanda itu, sebuah bagian yang mencurigakan muncul. Seorang tokoh dalam novel itu, Batavus Drystubble, seorang broker kopi dari Amsterdam, mendapat sebundel koleksi aneh manuscript dari seorang bernama Scraftman (lihat Max Havelaar, Bab IV ). Scraftman menggambarkan dirinya sebagai seorang pujangga dan penulis yang telah banyak berpikir, bekerja dan melihat.
"All Rotinese rituals of the life-cycle are explicitly phrased in a botanie idiom that draws multiple metaphoric analogies between human life and the growth of specific plants. Thus a single idiom encompasses both human and agricultural rituals."
Sebagai orang Rote, kita mungkin tidak melihat keunggulan ekonomi (dalam bahasa Fox "economic advantage") yang telah dicapai orang Rote itu karena kita lahir dan besar di pulau itu, lahir dengan gula aer, gula nira, makan rumput laut, makan ikan panah langsing di laut, minum laru, makan pagi kering dan padi basah, piara sapi, kambing dan domba, punya sawah dan mamar.
Fox, James, Harvest of the Palm: Ecological Change in Eastern Indonesia." Harvard, 1977.
No comments:
Post a Comment