Friday, January 25, 2013

Hari ini Tiga Tahun yang Lalu

Benjamin Messakh
Lahir: Oebatu, Pulau Rote, 6 Juli 1946
Meninggal: Batuplat, Kupang, 26 Januari 2010

HARI ini tiga tahun lalu
Tiada kata perpisahan bagiku
Tiada yang mendengar tangisku di negeri asing
Langit membisu pada doaku
Engkau pergi untuk selamanya
Dan aku tidak ada di sampingmu
Sekedar membisikan aku sayang padamu

Aku memang telah mengambil jalanku sendiri
Namun aku masih bagian dari duniamu
Kepada siapa aku berpaling untuk bertanya
Jika hidup menjadi tak masuk akal
Hari itu takkan pernah kulupakan
Aku tak sepenuhnya aku lagi
Sakitnya masih sama kini

Adalah engkau jika aku berpaling ke cermin
Adalah engkau jika aku melihat tapak hidupku
Adalah engkau ketika aku melihat anak-anakku
Aku memang bukanlah yang terbaik
Bersalah dalam pengabaian
Tapi engkau tahu papa tersayang,
Aku hormat dan kagum padamu

Engkau yang mengajarkan aku segalanya
Engku yang membuat jari ini tak pernah lelah menulis
Engkaulah semangat aku mengambil resiko hidup
Engkau alasan aku bangga akan siapa aku
Engkaulah topangan ku tengadahkan kepala
Engkaulah keberanian aku melanglangbuana
Engkaulah alasan orang menganggukkan kepala kepadaku

Engkau memang tak pernah berhenti
Tak ada yang bisa menghentikanmu
Pun jika kuminta akulah yang mengepal jemariku
Menggantikan kepalanmu yang dimakan usia
Namun engkau tak akan berhenti
Karena engkau pejuang sejati, sejak dalam kandungan ibumu
Engkaulah Benjamin yang sulung 

Engkau mungkin berpikir aku tak melihat
Atau mengira aku tak mendengar
Pelajaran kehidupan yang kau ajarkan kepadaku
Tapi aku mengingat setiap kata, papa
Mungkin engkau berpikir aku tak menyimak 
dan kita berdua berbeda haluan
Tapi aku menyimpan semuanya
Tertulis dalam hatiku

Tanpa engkau aku bukan laki-laki yang sekarang
Engkau membangun dasar yang kuat
tak ada yang bisa mengambilnya dariku
Aku hidup dengan nilai-nilaimu
dan aku bangga jadi anakmu
Jadi inilah aku, anak laki-lakimu
Puku dou-mu yang berterima kasih padamu

Hari itu, engkau pulang 
Hari itu akulah yang tersesat 
Jauh dari rumah, jauh dari kehangatan kasihmu
Jauh bukan karena bentangan laut
Jauh bukan karena luasnya daratan
Jauh karena aku tak menemukan jalan pulang
Jauh karena pulangku tak akan sama lagi
Jauh karena pulangku
adalah pulang seorang anak yatim

Inikah harganya kembara di jalan iman?
Inikah hidup dalam tenda dimana patoknya siap dicabut kapanpun?
Inikah pengembaraan tanpa akhir?
Inikah jalannya mengharapkan janji kudus?
Aku tak tahu dan tak ingin menjawabnya
Karena satu hari nanti akupun akan mengerti
Engkau akan datang menjemput aku
Seperti ayahmu datang menjemput engkau
Karena engkau mencintaiku.

Serpong, 25 Januari 2012; Leiden, 25 Januari 2013

Dulu, enam orang bocah biasa duduk di sekeliling meja makan, bersama papa dan mama. Kini, enam orang laki-laki dewasa menemani mama di pinggir peti jenazah papa. Selamat jalan, sampai ketemu lagi.


No comments: