Wednesday, July 29, 2009

"ke mana-mana deket"

Judul posting di atas mungkin cuma kalimat biasa yang digunakan orang di mana saja. Namun rasanya kata ini telah menjadi milik orang kota di Indonesia terutama Jakarta. Coba saja ngobrol sama pembantu rumah tangga, ibu-ibu rumah tangga, pekerja mall, anak sekolah, karyawan perusahaan multi nasional atau direktur perusahaan soal tempat tinggal. Belum sampai lima menit, kalimat itu pasti keluar dari mulut mereka.

Mengapa? Asumsi saya ini ada hubungannya dengan buruknya manajemen transportasi publik di Indonesia. Kalimat itu muncul dari alam bawah sadar banyak orang karena akses terhadap fasilitas publik menjadi sangat sulit karena rumitnya manajemen transportasi yang menyebabkan jarak selalu menjadi persoalan. Seandainya orang nyaman menggunakan transportasi publik, jarang terjadi kemacetan, jauh dekat bukan persoalan besar.
Persoalan jarak ke fasilitas publik kemudian menjadi jualan bisnis properti. Lalu orang bergerombol tinggal di tempat tertentu karena kekuatiran akan jarak.

salam