Friday, April 01, 2005

Perjalanan ke Timor Leste

Hanya dua hari di Kupang. Belum puas ketemu orang-orang tersayang, sudah harus ke Dili. Sesuai kontrak dengan CAVR, waktu kerja dimulai Senin, 21 Maret, tapi saya tak mungkin cuma sehari di Kupang. Jadi saya putuskan ke Dili pada hari senin. Di tengah jalan, rasanya ingin kembali saja ke Kupang, tapi apa boleh buat.
Berangkat dari rumah di Batuplat, jam 6 pagi. Di antar Rene. Pagi-pagi benar dia sudah bangun. Persis seperti dulu saat saya mau berangkat ke Jakarta. Beberapa hari saya amati, dia agak keras kemauannya dan egois. He is definitely like me when I was a boy. Tapi dia penyanyang.
Saat mesin mobil dihidupkan, dia berdiri di depan pintu, cuma memandang. Terpaksa beta pi peluk dia, gendong dia ke atas mobil. Dia tidak menolak. Dari sebelah sana beta sempat dengar kak Besly bilang: “dia dekat dengan Ato”.
Kak Besly, Benino, dan papa Bobi dan Rene antar beta ke terminal Bakunase. Mobil yang menjemput agak terlambat. Baru jam 7 datangnya.
Sampe di Pohon Duri, Oesapa, masih menunggu beberapa lama sebelum berangkat ke Atambua. Ketemu Andreas Harsono. For more than two years, he is doing his research about Indonesian nationalism... with his own money. Quite ambisious but interesting work. We meet the day before in Lery's office.
Perjalanan ke Atambua cukup enak, mobil ber-AC. Tapi sepanjang perjalanan, wajah oma, Rene, Tata dan adik-adiknya seperti terbanyang. Mungkin karena belum puas bertemu. Apa boleh buat, kadang kita tak kuasa mengatur jalan hidup kita.

Setelah berhenti beberapa kali untuk makan dan urusan administrasi travel, sampailah kami di Motaain sekitar jam 3 sore. Di perbatasan, semua berjalan lancar. Hanya “Indonesian spirit” nampaknya tidak hilang dari tingkah laku para Timor officer. Pelajaran dari saudara tua selama 25 tahun memang tak bisa hilang begitu saja. Padahal saat UNTAET masih bercokol di East Timor, tidak begitu adanya. Setidaknya saat dua kali beta datang ke Dili sebelumnya.

Perjalanan Motaain ke Dili adalah bizarre! Panasnya luar biasa dan tidak ada AC. Apa boleh buat Angin Cendela – pun bolehlah. Malam mulai turun saat kami masuk Comoro. Maunya ke hotel termurah di Dili, namun seorang suster asal Jawa menawarkan akomodasi. Andreas dan akupun setuju saja. Kami ke susteran yang saya lupa kongregasinya. Yang saya ingat dari pengakuan susternya cuma bahwa kongregasi mereka belumlah seberapa besar dan bahwa hanya ada di East Timor dan Papua.

Malam itu kami tidur di rumah milik mantan wartawan Forum Keadilan yang juga sering dipakai para suster. Ada dua orang penjaga di sana. Seorang laki-laki dan seorang perempuan serta dua orang anak gadis. Mandi, Keluar makan dan tidur. The guard sound a bit arrogant, but I don’t give a damn. Only one night, I thought. Andreas seems uncomfortable as well.
The next morning, I went to CAVR office. Meet Galuh there and I was introduced to every people in the office by Ema. Started work at the very first day. In the lunch time, me and Galuh went to take my luggage in the house I stay the night before. The man wasn’t there, only the lady and two girls. Say thank you and good bye to them.
The first night, me, Galuh, Patrick had a dinner with Kieran, and two people that I don’t even remember their name. Both of them from South Africa. It was a nice dinner, make me ‘practice’ my English again, but I am just too tired. Before I slept, I was thinking about you honey. How are you honey? Hope everything is ok with you.
Wake up on the next day, go to work again. In the lunch time I just realised that I was lost $100. I am quite sure that I lost it when I was in that house in the first night in Dili. But I don’t want to think about it. Mas Nug said that a pastor ever said that if you lost something, just think that maybe it gone to some people that really need it. Perhaps that is the best way to think of when you are in the position of loosing something. Positive thinking some people call it! Horay!!! I lost $100. But , still I think about it. I should have give it to my mother. They really need some help.

2 comments:

dreamers said...

hi there! wish i could write and speak your language...

Unknown said...

hi there,
im so sorry, sometimes i just follow the feelings when I write.
I wish i could know you...