Wednesday, September 28, 2011

Perdana Mentri belanja bawa keranjang

Bagaimana jika anda bertemu seorang PM berbelanja kebutuhan rumah tangga di supermarket bawa-bawa keranjang belanja? Itu mungkin seharusnya bukan kejadian langka, tapi itu langka bagi saya sebagai orang Indonesia. Ayahku sendiri jarang melakukan hal serupa. Dan entah di bagian dunia mana ada kejadian seperti itu. Oh, Menlu Swedia, Anna Lindt[1] ditikam mati saat berbelanja dengan seorang teman di sebuah supermarket.

Minggu siang, 2 oktober 2005 dalam perjalanan ke Pasir Putih, Cristo Rei, aku mampir di Lita Supermarket.

Baru saja dua botol Gatorade kuambil dari lemari pendingin, tiba-tiba ke arahku sedang berjalan seorang tua yang sedang memegang kerangjang, menunduk-nunduk mungkin memeriksa nota belanja. Sekarang ia berada tepat di depanku nampak bingung mau ke kiri atau ke kanan. Tak lain ialah Mari Alkatiri, sang PM yang terkenal ketat dalam penganggaran itu, dan teguh dalam prinsip.[2] Aku ingin segera menyapanya, namun niat itu kuurungkan. Aku pura-pura cuek tak mengenal orang ini.

Aku ingin memperlakukan dia sebagai orang biasa saja. Aku pikir itulah yang dia inginkan ketika memilih untuk berbelanja layaknya orang kebanyakan. So, sang PM melenggang di depanku bagaikan seorang tua yang tak pernah dikenal siapa-siapa.

Aku tak tahu mengapa aku menuliskan diari ini. Mungkin karena aku terbiasa menganggap pejabat sebagai manusia yang luar biasa yang WAJIB mendapatkan penghormatan dan penghargaan. Aku jadi ingat saat PM Tony Blair datang ke Nottingham saat terjadi penembakan di Arnold, Nottingham. Orang-orang biasa saja, bahkan mungkin bisa dikatakan tak peduli. Sang PM berjalan santai bersama kepala polisi setempat, sementara orang-orang lalu lalang biasa saja. Waktu itu, aku sempat mengingat sebuah kontras belasan tahun sebelumnya saat Harmoko dan Soeharto berkunjung ke Kupang. Memang para pembesar LAYAK mendapatkan penghormatan tapi bukan pendewaan. Penghormatan yang berlebihan akan membuat mereka lupa diri, penghormatan selayaknya akan membuat orang menjadi tahu diri.

Saya teringat sebuah pengalaman yang boleh dikata memalukan. Saat itu saya sedang melakukan praktek lapangan di sebuah desa di kecamatan Molo Utara, kab. TTS, Nusa Tenggara Timur. Apalagi jaman Orde Baru waktu itu. Seorang bupati dijadwalkan mengunjungi sebuah Sidang Klasis. Ya ampun kami menunggunya dari subuh dan dia baru tiba siangnya. Padahal desa itu cukup dingin dan bangun pada pagi hari membawa penderitaan tersendiri.

Dia disambut bak raja. Dia begitu menjadikan forum sidang gerejawi itu miliknya dan orang-orang begitu terkesima. Sebentar2 bertepuk tangan. Saat dia masuk ruangan, semua orang diharuskan berdiri. saya tidak berdiri dan beberapa orang peserta sidang melirik ke saya, saya acuhkan saja. Waktu dia bicara, semua waktunya dia habiskan untuk mempromosikan dirinya dan keberhasilannya. Saya sebenarnya muak mendegarnya tapi apa boleh buat, semua orang begitu memujanya. Itulah kenangan yang masih saya ingat sampai sekarang.

Footnote:

[1] Anna Lindt adalah seorang pendukung pro-Euro. Dalam minggu yang sama setelah Lindt terbunuh, Swedia menolak Euro melalui sebuah referendum. Dalam minggu yang sama juga reporter BBC Andrew Gilligan memberikan bukti-bukti kepada Hutton Inquiry yang meneliti penyebab bunuh diri Dr David Kelly ditengah tuduhan akan apa yang disebut "sexed up" Gulf War dossier. Gilligan dand BBC mengaku bersalah bahwa telah salah mengutip pernyataan Kelly, dan dalam minggu itu juga Partai Buruh dikalahkan Partai Liberal Demokrat di daerah pemilihan Brent dalam pemilu di London Utara dengan pengalihan suara pemilih yang luar biasa yaitu 29%, sebuah kekalahan yang katanya diakibatkan oleh merosot kepercayaan kepada PM, Tony Blair.

[2] Ada banyak cerita tentang kebersahajaan para anggota Komite Central Fretilin generasi tahun 1975 termasuk yang masih hidup sampai sekarang seperti Roque Rodriguez (Menteri Pertahanan) dan Mari Alkatiri. Seorang pengawal pribadi Mari Alkatiri menceritakan bagaimana Alkatiri selalu mencuci dan menyetrika sendiri di rumah. Sebuah kebiasaan yang telah dilakoni sejak lama. Jika anda bertamu ke rumah Roque Rodriguez misalnya, anda tidak akan menemui pembantu. Roque sendiri yang akan membuatkan teh dan melayani anda. Istrinya pun tidak akan melakukan hal itu. Roque juga adalah mentri yang lebih suka membawa-bawa ransel kayak mahasiswa.

No comments: